Kalteng Siap Suguhkan Destinasi Wisata Kelas Dunia
PALANGKA RAYA – BIRO PKP. Kalimantan Tengah bergiat untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Bumi Tambun Bungai. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 2 event terpilih masuk dalam Calender of Event (CoE) 2019, yakni Festival Budaya Isen Mulang dan Festival Babukung. Sementara itu, sebanyak 181 event masuk dalam kalender event Provinsi Kalteng, 13 event masuk kalender event kabupaten, 1 event masuk kalender event kota, dan 2 event masuk kalender event dunia di mana satu di anatarnya adalah Wonderful Sail to Indonesia. Demikian disampaikan Gubernur Kalimantan Tengah dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri pada acara Grand Opening M Bahalap Hotel Palangka Raya, Selasa (1/10/2019).
Peresmian hotel terbesar di Palangka Raya bahkan Kalimantan tersebut dilakukan oleh Menteri Pariwisata RI Arief Yahya dan disaksikan oleh Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita. Selain Menteri Perdagangan RI dan Sekda Kalteng, acara peresmian juga dihadiri sejumlah bupati dan walikota di Kalteng.
Gubernur dalam sambutan yang dibacakan Sekda Kalteng juga mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Kalteng melakukan percepatan pembangunan pada usaha perhotelan baik yang berbintang maupun non bintang menyusul peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. “Pertumbuhan dunia perhotelan di Kalimantan Tengah yang sangat menggembirakan pada tiga tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan dilihat dari jumlah hotel yang merupakan indikator jumlah kunjungan wisatawan ke Kalimantan Tengah yang mengalami peningkatan,” papar Gubernur.
Menurut Gubernur Sugianto Sabran, “Kita patut berbangga dengan berdirinya hotel bintang 4 seperti M Bahalap Hotel yang merepresentasikan kearifan lokal Kalteng melalui nama dan ornamennya. Keberadaan hotel-hotel berbintang di Bumi Tambun Bungai dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dan pelaku bisnis dengan fasilitas yang sangat memadai untuk penyelenggaraan event-event besar di Palangka Raya.”
Sekda Kalteng menambahkan, ciri-ciri berkembangnya suatu daerah, antara lain dapat dilihat dari berkembangnya perekonomian, pariwisata, dan bisnis. Adapun pertumbuhan ekonomi Kalteng pada Semester I Tahun 2019 mencapai 7,6%.
Berkaitan dengan pariwisata di Kalteng, Menteri Pariwisata RI Arief Yahya menjelaskan bahwa sebanyak 2 event sudah dan akan didukung oleh Kementerian Pariwisata RI, yakni Festival Budaya Isen Mulang dan Festival Babukung. Festival Babukung akan digelar pada 11-13 Oktober 2019 mendatang.
Menurut Menpar Arief Yahya, Taman Nasional Tanjung Puting dapat menjadi destinasi wisata kelas dunia. “Tanjung Puting bisa membuat Kalteng kelas dunia. Beberapa penghargaan ada di sini. Tanjung Puting sudah menjadi UNESCO Biosfer mulai tahun 1977, sudah meratifikasi Konvensi Ramsar (The Convention on Wetlands of International Importance) pada tahun 2013, mendapat penghargaan dari Kemenpar yaitu Indonesia Sustainable Tourism Award pada tahun 2018 untuk Kategori Lingkungan, serta mendapat penghargaan secara nasional dari MarkPlus Center for Tourism and Hospitality (MPTH) dan Kemenpar yaitu Planet Tourism Indonesia Award,” papar Menpar seraya menambahkan bahwa selain Tanjung Puting, Taman Nasional Sebangau juga dapat menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Untuk Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019, dua penghargaan sekaligus diraih Kota Palangka Raya, masing-masing Desa Wisata Kereng Bangkirai mendapatkan penghargaan untuk Kategori Ekonomi Terbaik dan Taman Nasional Tanjung Puting untuk Kategori Lingkungan. “Sebangau Koran River atau Sungai Koran juga mendapatkan ISTA 2019 dengan Kategori Lingkungan. Untuk lingkungan, ada 3 level yaitu geopark, kemudian biosphere, dan yang ketiga adalah world heritage site. Nanti akan saya bantu Tanjung Puting mendapatkan world heritage site agar lebih mudah menjualnya,” imbuh Menpar.
Lebih lanjut Menpar menyampaikan arahan bagi perkembangan pariwisata di Kalteng di mana untuk menjadi kelas dunia, provinsi ini harus memperhatikan 3 hal, yakni atraksi, aksesibilitas, dan amenitas atau akomodasi. Untuk atraksi, Menpar menyarankan Kalteng fokus pada ecotourism. “Kalteng bisa menjadi destinasi utama kelas dunia kalau fokus di ecotourism dan itu sudah terbukti. Jumlah Wisman tahun lalu kurang lebih 40 ribu atau 38 ribu sekian dan tahun ini proyeksinya 100 ribu Wisman. Kemana mereka? Nomor satu adalah ke Tanjung Puting. Tentang angka psikologis, kalau sudah 100 ribu, biasanya tidak terbendung,” jelasnya dengan mencontohkan Sulawesi Utara yang sekarang sudah menuju angka 500 ribu setelah menembuas angka 100 ribu Wisman.
Sementara itu untuk aksesibilitas, Menpar menegaskan bahwa untuk menjadi kelas dunia kuncinya adalah Kalteng harus membangun Bandara Internasional dengan kapasitas yang memadahi. “Saya berikan contoh, Borobudur pengunjungnya hanya 250 ribu. Sementara Angkor World 2,5 juta. Borobudur tidak kalah dari Angkor World. Besarnya tidak kalah, sangat dihormati, arsitekturnya lebih bagus, katakanlah sama. Tapi kenapa Borobudur sedemikian tendah, karena Bandara kita di Adi Sucipto kapasitasnya sangat rendah hanya 1,8 dan load-nya 8,4. Saya hanya minta satu, yakni Bandara dan sekarang Bandaranya sudah jadi, namanya Yogya International Airport,” jelasnya.
Tidak hanya di Yogyakarta, sejumlah Bandara lainnya di Tanah Air juga sudah ditingkatkan menjadi Bandara Internasional untuk menunjang aksesibilitas destinasi wisata di sekitarnya, seperti Bandara Silangit di wilayah Danau Toba dan Bandara Komodo di wilayah Manggarai Barat Komodo.
Berkaitan dengan masalah amenitas atau akomodasi, menurut Menpar, hotel harus mempunyai akomodasi. Menpar menyarankan Kalteng untuk mengembangkan wisata nomedic susur sungai karena memiliki merupakan sesuatu yang unik. “Di sini ada susur sungai. Itu semacam icon world tapi di sungai. Itu bisa dikembangkan. Dia akses sekaligus akomodasi. Itu menarik,” kata Menpar seraya menjelaskan bahwa saat ini terdapat cara baru berwisata yang disebut nomedic tourism atau lebih khusus lagi disebut Glamping (glamour camping). Glamping, dikatakannya, dapat menarik banyak investor. (ran/sop/ben)